KISAH DALAM AL-QUR’AN
Kisah dalam al-qur’an memiliki tujuan-tujuan pembelajaran keagamaan. Ia disodorkan untuk peringatan, pendidikan dan petunjuk-petunjuk. Tetapi dengan itu semua kisah dalam al-qur’an menjauhkan tujuan-tujuan murni dalam kesusastraan.
Ketika kita membincangkan tentang manfaat al-qur’an dari segi kesusastraan, tentu saja kita tidak bermaksud untuk mewajibkan seni keislaman dengan menggunakan kisah-kisah yang telah ada dalam al-quran, baik dalam tema atau metode penyampaian. Tetapi kita bermaksud untuk menemukan “petunjuk” yang tersembunyi dalam -kisah yang memiliki pengertian luas- tidak tekstual. Semua seputar petunjuk ini digunakan pada obyek yang luas tanpa membatasi dengan batasan tema atau sebuah bidang…hanya saja dengan jalan penyerapan imajinasi dari kehidupan, peristiwa-peristiwa dan ide-ide keislaman atau minimal tidak bersebrangan dengan tujuan dari konsep-konsep keimanan. Maka tidak akan menganggap baik sesuatu yang buruk, atau sebaliknya serta tidak mengajak kepada kemungkaran, tidak merelakan kegagalan dan menjadikannya sebuah keberanian, dan tidak akan terjebak dalam realita sempit yang dianggap sudah pasti, dan memalingkan realita luas yang memuat hal-hal yang sangat perlu seperti memuat sebagai titik pijakannya. Hendaknya bagi seseorang tidak memisahkan antara langit dan bumi sebab pemisahan ini tidaklah nyata, dan tidak juga memisahkan antara manusia dengan Allah, karena itu pun tidaklah hakiki. Dan membuat potret tentang peristiwa-peristiwa dan karakter-karakternya jadi, sebuah peristiwa tidak akan terekam ketika kelihatan ganjil, juga tidak bagi seseorang ketika eksistensinya terbilang ganjil. Hanya saja arti sebuah peristiwa akan mengisyaratkan pada prilaku umum, serta arti pribadi hanya akan mengisyaratkan pada “manusia sempurna” disisi prilaku dan busana. Takdir telah tertulis di balik setiap individu dan kejadian, bahwasanya bagi setiap pribadi terdapat sebuah kemampuan mengkontrol keinginan yang menjalankan apapun sesuai dengan hukum alam yang mengatur kehidupan.
Sesungguhnya itu merupakan seni multazim. Akan tetapi bukan iltizam dalam arti yang sempit. Yaitu tidak mengikuti suatu faham tertentu juga bukan seni yang menyeru kepada sebuah ide tertentu melalui nasehat dan propaganda secara langsung. Akan tetapi mengikuti perjalanan hukum alam dalam keindahan, keteraturan, keseimbangan dan kelancaran dari kebutuhan. Dan bertujuan untuk membangun insan yang soleh, yang sesuai dengan hokum alam, tidak menyimpang darinya. Menjadikan perantara untuk sampai kepada tujuan tersebut dengan menjelaskan konsep keindahan dan keburukan dalam arti dan cakupannya secara luas baik dalam perasaan, ide dan tingkah laku. Dimana pada akhirnya jiwa akan condong pada sesuatu yang indah dan menolak sesuatu yang buruk tanpa merasakan tekanan.
Dengan demikian, semua kisah-kisah yang bersifat ras, tidak termasuk dalam seni islam, yang hanya mendahulukan tabiat atau watak yang menggambarkan kehidupan seolah-seolah hanya sebatas sebuah golongan yang gila. Maka tidaklah benar. Demikian juga semua kisah yang menganggap baik sesuatu yang keji-baik yang sefatnya individu, sosial, ekonomi, politik ataupun moral-yang digambarkan secara ilmiah tanpa berfikir panjang dan menganggap bahwa itulah hakikat manusia yang sebenarnya. Maka yang demikian ini juga tidak benar. Juga termasuk semua kisah yang membalikkan nilai-nilai, sehingga menggambarkan kejahatan bisa mengalahkan kebaikan dan menganggapnya sebagai hukum alam. Hal ini juga tidak benar-meskipun pada suatu masa tertentu hal ini benar-. Juga tidak termasuk kisah-kisah yang tidak memiliki tujuan apapun. Karena tidak benar jika ada sesuatu yang tidak memiliki tujuan apapun dalam eksistensi ini.
Kemudian setelah itu masih ada ruang yang sangat luas untuk menggambarkan kehidupan maunusia dalam berbagai situasi dan kondisinya, dan menggambarkan jiwa manusia dalam semua emosi dan perubahannya serta menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam berbagai tingkatan dan pemahamannya. Dengan mengukur semuanya dengan hukum-hukum eksistensi dan ide keindahan yang sebenarnya dalam memgangun alam, kehidupan dan manusia. Suatu ruang dimana kebenaran dan keindahan alam bertemu, tanpa kontradiksi dan konflik(benturan}. Karena tidak ada pertentangan antara kebenaran dan keindahan di dalam fitrah alam.
Al-quran menggunakan-dalam tujuan-tujuan keagamaannya-berbagai macam kisah, seperti kisah sejarah yang bersifat fakta dengan semua setting, pelaku dan peristiwa-peristiwanya. Juga kisah fakta yang memaparkan sebuah contoh kondisi manusia, maka sama apa yang terjadi dengan pelakunya yang real atau dengan seorang individu yang digambarkan oleh contoh tersebut. Dan kisah yang sangat dekat dengan perumpamaan serta kiah yang tidak menggambarkan fakta, akan tetapi bisa saja terjadi pada suatu masa.
Jenis pertama adalah semua kisah para nabi, kisah orang-orang yang mengingkari risalah dan bencana yang menimpa mereka karena pengingkaran tersebut. Yaitu kisah yang disebutkan dengan nama, pelaku, temapat dan peristiwa-peristiwanya secara terbatas dan ringkas seperti kisah Musa dan Fir’aun, Isa dan Bani Israil, Nabi Saleh dan Kaum Tsamud, Nabi Hud dan Kaum Ad, Nabi Syuaib dan Madain, Nabi Luth dan pengikutnya, Nabi Nuh dan kaumnya, dan sebagainya. Dalam surat al-maidah ayat 27-31 diceritakan:
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."
29. "Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
31. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
[410] dipahami dari ayat Ini bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya.32. Dan berikanlah kepada mereka[880] sebuah perumpamaan dua orang laki-laki[881], kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu kami buatkan ladang.
33. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,
34. Dan dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia Berkata kepada Kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"
35. Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri[882]; ia berkata: "Aku kira kebun Ini tidak akan binasa selama-lamanya,
36. Dan Aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya Aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti Aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu".
37. Kawannya (yang mukmin) Berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?
38. Tetapi Aku (percaya bahwa): dialah Allah, Tuhanku, dan Aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.
39. Dan Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua Ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). sekiranya kamu anggap Aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,
40. Maka Mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan Mudah-mudahan dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin;
41. Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, Maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi".
42. Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia Telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu Aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku".
43. Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.
[880] yaitu: kepada orang-orang mukmin dan orang-orang kafir.
[881] yaitu: dua orang Yahudi yang seorang mukmin dan yang lain kafir.
[882] yaitu: dengan keangkuhan dan kekafirannya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap sesuatu memiliki karakteristuk, hendaknya kisah dalam al-Qur’an sebagai “arahan”, tunduk pada tujuan-tujuan agama yang didatangkan untuk direalisasikan. Pada dasarnya al-Qur’an bukanlah kitab cerita asli, al-Qur’an merupakan kitab sebagaimana yang telah kita katakan, merupakan kitab pendidikan dan arahan, membangun kehidupan manusia secara sempurna.
Kisah dalam al-Qur’an memiliki keteraturan dalam pelaksanaan, didalamnya terdapat kaidah-kaidah seni yang menjadikan bsersama keterikatannya dalam misi agama, menjdikannya terbebas dari tujuan seni. Dan ini memudahkan kita untuk membicarakan segala sesuatu yang terdapat didalamnya, tentang sebagian tanda-tanda dan khususiat seni secara langsung, dari sisi kaidah-kaidahnya dalam metodologi seni islam.
Diantara ciri-ciri menonjol beberapa kisah dalam al-Qur’an adalah “kesucian”
Bukan berarti yang dimaksud dengan suci disini, kisah menjadikan jiwa manusia putih dari selain kejelekan. Maka adapun al-Qur’an bisa menjadikan manusia dalam segala kemungkinan; kondisi kuat, lemah, terangkat dan terjatuh.
21.Dan Adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar?
22. Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut Karena kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; Maka berilah Keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
23. Sesungguhnya saudaraku Ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan Aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: "Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan Aku dalam perdebatan".
24. Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
30. Dan kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya),
31. (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore,
32. Maka ia berkata: "Sesungguhnya Aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga Aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan".
33. "Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku". lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.
34. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji Sulaiman dan kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah Karena sakit), Kemudian ia bertaubat[1302].
35. Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah Aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi".
[1302] sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ujian Ini ialah keberantakan kerajaan Sulaiman sehingga orang lain duduk di atas singgasananya.
24. Sesungguhnya wanita itu Telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu Andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya[750]. Demikianlah, agar kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang terpilih.
25. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?"
26. Yusuf berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)", dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, Maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.
27. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, Maka wanita Itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar."
28. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar."
29. (Hai) Yusuf: "Berpalinglah dari ini[751], dan (kamu Hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, Karena kamu Sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah."
30. Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz[752] menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata."
31. Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), Kemudian dia Berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha Sempurna Allah, Ini bukanlah manusia. Sesungguhnya Ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."
32. Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela Aku Karena (tertarik) kepadanya, dan Sesungguhnya Aku Telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. dan Sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang Aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."
33. Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh."
34. Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
[750] ayat Ini tidaklah menunjukkan bahwa nabi Yusuf a.s. punya keinginan yang buruk terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga Andaikata dia tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah s.w.t tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan.
[751] Maksudnya: rahasiakanlah peristiwa ini.
[752] Al Aziz sebutan bagi raja di Mesir.
15. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah[1115], Maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan[1116] Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).
16. Musa mendoa: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku Telah menganiaya diriku sendiri Karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
17. Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang Telah Engkau anugerah- kan kepadaku, Aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa".
18. Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), Maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa Berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)".
19. Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin Telah membunuh seorang manusia? kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian".
20. Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu".
21. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu[1117] dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah Aku dari orang-orang yang zalim itu".
22. Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".
[1115] Maksudnya: tengah hari, di waktu penduduk sedang istirahat.
[1116] Maksudnya: Musa menyesal atas kematian orang itu disebabkan pukulannya, Karena dia bukanlah bermaksud untuk membunuhnya, Hanya semata-mata membela kaumnya.
[1117] Maksudnya: merasa sangat khawatir, kalau-kalau ada orang yang menyusul untuk menangkapnya.
Hal tersebut dan beberapa contohnya merupakan sekilas dari “kelemahan manusia” yang digambarkan Al-Qur’an tanpa sejalan dengan pemiliknya. Akan tetapi ia tidak menjadikannya sebuah kekuatan, karena sebenarnya tidak seperti itu!!
Sebagaimana disana terdapat tanda menonjol lainnya dalam kisah-kisah qur’an yang menggambarkan kisah-kisah (tercela), sesungguhnya Al-qur’an tidak digambarkan untuk memberikan pengaruh kenikmatan bagi seorang pembaca atau pendengar dalam perasaan-perasaan manusia yang senantiasa berubah. Sebagaimana beberapa mazhab yang senantiasa membentuk realita dan karakter dalam beberapa mazhab baru yang sesat. Dalam sekejap manusia –dapat berubah atau stabil-. Manusia tidak bisa selalu tetap dalam jangka waktu yang lama. Maka jika hal tersebut terjadi maka tidak bisa dinamakan kehidupan, sesungguhnya senantiasa berubah merupakan satu jalan dari beberapa jalan kehidupan. Sesungguhnya perubahan itu bersifat sementara yang mana selalu silih berganti didalam kehidupan. Perubahan menjadi ketentuan untuk memperluas beberapa bidang dari tujuan-tujuan kehidupan yang tinggi dan tegak dengan realisasi. Memperluar beberapa bidang untuk menggambarkan keimanan yang besar dengan alam, kehidupan dan manusia. Untuk memperoleh kepuasan rasa dengan semua konsep tersebut, dan mendapatkan kebebasan jiwa dalam kehidupan pribadi seseorang akan mencoba mewujudkan dengan sempurna apapun yang dilakukannya: diantaranya membangun masyarakat bersih, pendidikan jiwa yang lurus, membangun kebenaran dan keadilan dengan cara memberikan manusia menikmati hak-hak mereka dan memperbaiki kehidupan yang layak dengan tanpa fitnah dan penipuan. Dan kesemuanya itu mer upakan tujuan-tujuan mulia yang menggelisahkan perasaan manusia. Serta menyulitkan cita-cita manusia yang tinggi yang seyogyanya terbangun di muka bumi. Jadi, sedikitpun dari manusia tidak akan mampu stagnan dalam jangka waktu yang lama, berpaling dari kehidupan, dan selalu bernafas dengannya, serta menjadi ahli di tengah-tengahnya. Karena semua itu merupakan pemuliaan ketentuan-ketentuan dengan dikaitkan terhadap sesuatu yang wajar didalm kehidupan manusia, perubahan sebagai jalan mewujudkan tujuan. Kehidupan tidaklah seperti itu, dan tidak seyogyanya seperti itu.
Kaidah-kaidah tersebut merupakan ringkasan didalam kisah-kisah Al-Qur’an tentang “prilaku tercela”. Kaidah-kaidah seperti itu seyogyanya menjadi ringkasan di setiap cerita-cerita Islamic. Sesungguhnya islam tidak melarang penggambaran setiap perasaan manusia –terpuji atau tercela-, seseorang tidak dilarang mendeskripsikan tentang depresi dan kelemahan. Akan tetapi seyogyanya pendiskripsiannya sebagaimana depresi/ “down”dideskripsikan tidak tentang keberanian yang sementara. Dari yang bersifat sementara tersebut seseorang akan sadar untuk harus bangkit dan tidak senantiasa berputar-putar didalamnya yang selalu bersifat mundur.
Adapun seni-seni khusus dalam kutipan “Kisah dalam Al-Qur’an” dan buku “Gambaran Seni dalam Al-Qur’an” merupakan hal yang terpisah, saya tidak menemukan keberanian dalam ringkasan tulisan ini:
Yang pertama dari seni-seni khusus ini adalah merinci metode penyajian:
Pertama membicarakan ringkasan kisah yang sebelumnya, kemudian setelah itu menjabarkan perincian-perincian dari awal hingga akhir.
Kedua, membicarakan kesimpulan dan tujuan cerita, kemudian memaparkan cerita dari awal lalu berlanjut dengan perincian jalan cerita.
Ketiga, langsung membicarakan cerita tanpa muqodimah dan ringkasan, dan penyampaian langsung tersebut yang terpenting adalah apa yang di butuhkan.
Keempat, menganalisis cerita secara representatif, dengan cara hanya memaparkan beberapa kata yang mengingatkan kepada penjelasan awal, kemudian menggiring cerita yang membahas tentang objeknya sendiri melalui penggugurannya.
Yang kedua dari kekhususan-kekhususan kisah adalah membagi metode mufaja’ah:
Pertama, merahasiakan jawaban pertanyaan dadakan dari sang juara dan hadirin sehingga mereka semua mampu mengungkap bersama-sama.
Kedua, kode kepada hadirin
Posting Terakhir: Pamit!
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar